Pengembang game indie Erik Rydeman telah mengidentifikasi daftar tahapan umum pengembangan programmer.
- Copy-pastor/pemula yang benar-benar ramah lingkungan: Mencoba menyusun contoh kode yang dia temukan online. Memiliki gagasan yang samar-samar tentang apa dan bagaimana cara kerjanya.
- Pemula Independen: Melihat Matriksnya! Sebenarnya dia melihatnya dari sudut mata sebelah, namun belum menyadarinya dan berada dalam khayalan yang tulus, mengira bahwa dia telah mempelajari kekuatan tersebut dan sekarang hanya masalah kecil (hehe). Dapat menulis kode sederhana dan rumit tanpa melihat contoh. Ia sangat senang bila hasil pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan.
- Melihat lebih dekat pola desain. Dia telah menguasai sintaks bahasa pertamanya, dan sekarang sedang mencari praktik terbaik. Dia mulai mempelajari pola desain, dan kemahakuasaan yang turun padanya pada tahap sebelumnya menghilang seperti kabut musim gugur. Di hadapan kita lagi adalah pendatang baru yang sangat hijau dan selalu ragu-ragu...
- Penggemar pola desain. Kesadarannya hidup dengan gagasan “kode ideal”. Seorang penggila mencoba menyusun kodenya sendiri sehingga mendekati cita-cita yang tidak dapat dicapai dan sedapat mungkin cocok dengan pola yang ada. Sekarang jauh lebih menyenangkan bekerja dengan kode yang dia tulis.
- Arsitektur Overfanatik : Itu terjadi pada semua orang. Namun beberapa programmer begitu bersemangat mempelajari praktik terbaik sehingga mereka siap mempertahankannya dengan semangat yang bahkan akan membuat iri para fanatik agama yang berpengalaman. Dan, seperti yang terakhir, mereka tidak akan tenang sampai semua orang di sekitar mereka menerima sudut pandang mereka atau meninggalkan pandangan mereka. Kadang-kadang pada tahap ini produktivitas menurun, dan semua itu karena keputusan yang dibuat salah (terlalu percaya pada teori, tidak dikonfirmasi oleh praktik).
- Arsitek berpengalaman. Akumulasi pengalaman mulai membuahkan hasil. Sang “arsitek” mengetahui secara naluriah apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Pada tahap ini, pemrogram mulai menjauh dari dogma-dogma yang ketat, dan frasa utamanya menjadi “itu tergantung” (“apa pun bisa terjadi”). Keputusan sulit bukan lagi menjadi kesukaannya.
- Minimalis asketis. Pertanyaan: Apa cara terbaik untuk menyusun kode? Jawaban petapa itu: yang paling sederhana dari semuanya. Sekarang dia kurang tertarik pada perkembangan teknik teoretis daripada hasil praktis, dan menemukan solusi yang ternyata bagus, dan melakukannya pada percobaan pertama, sangat mungkin: pengalaman seorang petapa membantu.
GO TO FULL VERSION